Kamis, 08 Juni 2017

PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PELAJAR YANG TIDAK BIASA
Pelajar yang “tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat

SIAPAKAH ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN ITU?
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondidi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri. Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita gangguan/ketidakmampuan) ketimbang “disabled children” (anak cacat). Tujuannya adalah memberi penekanan pada anaknya, bukan ada cacat atau ketidakmampuannya. Anak- anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.

Pengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut:
Gangguan Indra
1. Gangguan Penglihatan
Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen di mana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang “buta secara edukasional” (educationally blind) tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities sering kali bukan hal yang aneg dalam diri murid yang tergolong educationally blind. Murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk dibangku paling depan di kelas.

2. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual utnuk mengajar membaca). Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).

Gangguan fisik
Gangguan fisik antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak (cerebral palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure). Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.

1. Gangguan ortopedik
Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ortopedik bisa disebabkan oleh masalah prenatal (dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit atau kecelakaan saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan, banyak anak yang menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas. Cerebral palsy adalah gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicara tidak jelas. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen saat kelahiran.

2. Gangguan Kejang-kejang
Jenis yang paling sering dijumpai adalah epilepsi, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Epilepsi muncul dalam bentuk berbeda, yang paling umum dinamakan absebt seizures, anak mengalami kejang-kejang dalam durasi singkat (kurang dari 30 detik) tetapi bisa terjadi dalam seratus kali dalam sehari. Dalam bentuk epilepsi yang lain disebut tonic-clonic, anak akan kehilangan kesadarannya dan menjadi kaku, gemetar, dan bertingkah aneh.

Retardasi Mental
Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual, selain intelegensinya rendah anak dengan retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan susah berkembang. Berdasarkan definisinya, retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit atau cedera otak.

Gangguan Bicara dan Bahasa
1. Gangguan Artikulasi
Gangguan artikulasi adalah masalah dalam pengucapan suara secara benar. Anak dengan masalah ini mungkin sulit berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu. Akibatnya, anak enggan bertanya, tidak mau berdiskusi, atau berkomunikasi dengan temannya. Masalah ini umumnya bisa diperbaiki dengan terapi bicara, meskipun dibutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

2. Gangguan Suara
Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suara anak-anak yang berbibir sumbing biasanya sulit  dimengerti.

3. Gangguan Kefasihan
Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya dinamakan “gagap”. Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata , jeda panjang, atau berulang-ulang.

4. Gangguan Bahasa
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa dapat menyebabkan problem belajar serius. Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan
1. Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan
2. Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan
3. Kesulitan mengikuti percakapan, ketika percakapan itu berlangsung cepat dan kompleks

Ketidakmampuan Belajar
Berdasarkan definisinya, anak yang menderita gangguan belajar: (1) punya kecerdasan normal atau di atas normal; (2) kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau, biasanya, beberapa mata pelajaran; dan (3) tidak memiliki problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan itu. bidang paling umum yang menyulitkan anak dengan gangguan belajar adalah aktivitas membaca, terutama keterampilan fonologis, yang menyangkut cara memahami bagaimana suara dan huruf membentuk kata. Dyslexia adalah kerusakan parah dalam kemampuan untuk membaca dan mengeja.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain: (1) kurang perhatian; (2) hiperaktif; dan (3) impulsif. Tanda-tanda ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah, meskipun tanda-tanda ADHD sering kali muncul sejak usia prasekolah, namun sering kali mereka baru ketahuan saat usia SD. Sebab utam ADHD masih belum ditemukan, akan tetapi, ada beberapa pendapat tentang penyebabnya, seperti rendahnya level neurotransmitter (pesan kimiawi dalam otak), abnormalitas prenatal, dan abnormalitas postnatal.

Gangguan Perilaku dan Emosional
Gangguan Perilaku dan Emosional terdiri dari problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosioanl yang tidak tepat. 

TES DAN EVALUASI

TES STANDAR DAN PENGAJARAN
SIFAT TES STANDAR ATAU UJIAN YANG DIBAKUKAN
Apa itu Tes Standar?
Tes standar atau tes yang dibakukan yang mengandung prosedur ysng seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.

Tujuan Tes Standar
1. Memberikan informasi tentang kemajuan murid
2. Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
3. Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus
4. Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
5. Membantu administrator mengevaluasi program
6. Memberikan akuntabilitas

Tes berbasis standar adalah tes yang menilai kemampuan/keahlian yang diharuskan dimiliki murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau kelulusannya
Tes beresiko tinggi adalah menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulus

Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar
Norma. Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya itu perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (norm group), yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberikan ujian oleh penguji
Validitas. Didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Ada tiga tipe validitas:
1. Validitas isi yakni kemampuan tes untuk mencakup sampel (to sample) isi yang hendak diukur
2. Validitas kriteria yakni kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain. Validitas kriteria dapat bersifat :
- Concurrent validity yakni relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini
- Predictive validity yakni relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid
3. Construct validity yakni sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu
Reliabilitas. Sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara
1. Test-retest reliability yakni sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda
2. Alternate-forms reliability yakni reliabilitas ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistensikah skornya
3. Split-half reliability yakni reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil 
Keadilan. Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif

TES KECAKAPAN DAN PRESTASI
Membandingkan Tes Kecakapan dan Prestasi
Tes kecakapan (aptitude test), tipe tes yang didesain guna memprediksi kemampuan murid untuk mempelajari suatu keahlian atau menguasai sesuatu dengan pendidikan dan training tingkat lanjut
Tes prestasi, tes yang dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau keahlian apa yang telah dikuasai murid

Jenis-jenis Tes Prestasi Standar
Survey Batteries adalah sekelompok tes pokok persoalan individual yang didesain untuk murid level tertentu
Tes untuk Subjek Spesifik tes ini biasanya menilai suatu keahlian secara lebih mendetail dan ekstensif ketimbang survey batteries
Tes Diagnostik terdiri dari evaluasi area pembelajaran spesifik secara relatif mendalam

Ujian Negara Berisiko Tinggi (High-Stakes)
Format Ujian Negara. Dari sudut pandang kontruktivis, ujian yang diwajibkan negara ini menggunakan format yang salah, terdiri dari soal pilihan berganda. Hampir semua negara bagian menggunakan penilaian yang mengacu pada kriteria, yang berarti bahwa nilai murid dievaluasi berdasarkan standar yang telah ditetapkan

Keuntungan dan Penggunaan Tes Berisiko Tinggi
1. Meningkatkan kinerja murid
2. Lebih banyak waktu untuk mengajarkan pelajaran yang diujikan
3. Ekspetasi tinggi untuk semua murid
4. Identifikasi sekolah, guru, dan administrator yang berkinerja payah
5. Meningkatkan rasa percaya diri di sekolah setelah nilai ujian naik

Kritik Terhadap Ujian Negara
Kritik terhadap ujian yang diwajibkan negara ini menyatakan bahwa ujian negara akan menimbulkan akibat negatif  
1. Menumpulkan kurikulum dengan penekanan lebih besar pada hafalan ketimbang pada keahlian berfikir dan memecahkan masalah
2. Mengajar demi ujian
3. Diskriminasi terhadap murid dari status sosioekonomi (SES) rendah dan minoritas

PERAN GURU
1. Mempersiapkan murid untuk mengikuti tes standar
2. Menjalankan tes standar
3. Memahami dan menginterpretasikan hasil tes

Memahami Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif merupakan prosedur matematika yang dipakai untuk mendeskripsikan dan meringkas data (informasi) dengan cara yang bermakna

Distribusi Frekuensi
Sebuah daftar nilai, biasanya dari yang terttinggi ke yang terendah, bersama berapa kali nilai itu muncul
Histogram merupakan distribusi frekuensi dalam bentuk grafik

Pengukuran Tendensi Sentral
Tendensi sentral adalah statistik yang memberikan informasi tentang rata-rata atau nilai tipikal pada seperangkat data
Mean adalah nilai yang berada tepat ditengah-tengah distribusi nilai setelah nilai itu disusun (atau diurutkan)
Mode adalah nilai yang paling sering muncul
Pengukuran Variabilitas
Ukuran variabilitas yakni memberi tahu kita tentang seberapa besar nilai bervariasi dari satu nilai ke nilai lainnya
Range yakni selisih antara nilai tertinggi da terendah
Deviasi standar yakni ukuran seberapa banyak satu set nilai bervariasi pada rata-rata di seputar mean nilai

Distibusi Normal
“Kurva berbentuk lonceng” dimana sebagian besar nilai berkumpul disekitar mean, semakin jauh di bawah atau di atas mean, semakin jarang nilai itu muncul


PENGELOLAAN KELAS

MENGELOLA KELAS
MENGAPA KELAS PERLU DIKELOLA SECARA EFEKTIF
Isu Manajemen di Kelas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Dibandingkan dengan sekolah menengah, murid SD menghabiskan waktu lebih banyak waktu dengan murid yang sama di kelas kecil, dan berinteraksi dengan orang yang sama selama seharian sehingga bisa menimbulkan kebosanan dan problem lain. Dibanding di SD, problem sekolah menengah dapat lebih lama dan dalam karenanya lebih sulit untuk dimodifikasi.

Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau
Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang mereflesikan kompleksitas dan potensi problemnya:
1. Kelas adalah multidimensional
2. Aktivitas terjadi secara simultan
3. Hal-hal terjadi secara cepat
4. Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi
5. Hanya ada sedikit privasi
6. Kelas punya sejarah

Strategi yang baik untuk memulai kegiatan belajar mengajar adalah:
1. Membangun ekspektasi untuk perilaku dan menghilangkan ketidakpastian
2. Memastikan murid merasakan pengalaman kesuksesan
3. Selalu siap dan dapat dijangkau
4. Selalu bertugas

Tujuan dan Strategi Manajemen
1. Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar
2. Mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan
3. Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional

MENDESAIN LINGKUNGAN FISIK KELAS
Prinsip Penataan Kelas
1. Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang
2. Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid diakses
3. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas

Gaya Penataan
Gaya auditorium, gaya penataan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru
Gaya tatap muka (face-to-face), gaya penataan kelas dimana semua murid saling menghadap
Gaya off-set, gaya penataan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain
Gaya seminar, gaya penataan kelas dimana sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U
Gaya klaster (cluster), gaya penataan kelas dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN s POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN
Strategi Umum
Menggunakan Gaya Otoritatif
Gaya otoritatif adalah melalukan percakapan denga murid, memerhatikan murid dan membatasi perilaku murid jika dibutuhkan

Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
Manajer kelas yang efektif:
1. Menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”
2. Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif
3. Menjaga kelancaran dan kontunuitas pelajaran

Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
1. Menjalin hubungan positif dengan murid
2. Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab
3. Beri hadiah terhadap perilaku yang tepat (penguat efektif, prompts, dan shaping)

MENJADI KOMUNIKATOR YANG BAIK 
Keterampilan Berbicara
Berbicara di Depan Kelas dan Murid
Beberapa strategi untuk berbicara secara jelas dengan kelas Anda antara lain:
1. Menggunakan tata bahasa dengan benar
2. Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade murid
3. Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid
4. Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat
5. Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur
6. Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar berbicara yang jelas di kelas

Rintangan Komunikasi Verbal yang Efektif
1. Kritik
2. Memberi julukan dan pelabelan
3. Menasehati
4. Mengatur-atur
5. Ceramah moral (moralizing)

Memberi Ceramah yang Efektif
1. Jalin hubungan dengan audien
2. Kemukakan tujuan Anda
3. Sampaikan ceramah secara efektif
4. Ikuti konvensi yang tepat
5. Tata ceramah dengan rapi
6. Masukkan bukti pendukung dan kembangkan ide Anda
7. Gunakan media secara efektif

Keterampilan Mendengar
Mendengar aktif berarti gaya mendengar yang memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dan emosional dari pesan.
Beberapa strategi mendengarkan aktif antara lain:
1. Memberi perhatian pada orang yang berbicara
2. Parafrasa
3. Mensintesiskan teman dan pola
4. Memberikan tanggapan secara kompeten

MENGHADAPI PERILAKU BERMASALAH
Strategi Manajemen
1. Intervensi Minor
2. ntervensi Moderat
3. Menggunakan Sumber Daya Lain
- Mediasi teman sebaya
- Konferensi guru-orangtua
- Minta bantuan kepala sekolah atau konselor
- Cari Mentor

Menghadapi Agresi
1. Perkelahian
2. Bullying
3. Pembangkangan atau Permusuhan terhadap guru

Program Berbasis Kelas dan Sekolah
Program efektif untuk mengelola perilaku di kelas antara lain:
1. Program pengayaan kompetensi sosial
2. Tiga C dalam manajemen kelas dan sekolah
3. Dukungan bagi pengelolaan kelas berpusat pada pembelajaran: COMP

Kamis, 01 Juni 2017

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING
Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik

Pengertian Konseling
Konseling merupakan upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu  membuat keputusan, menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakini nya, dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang

Pengertian Bimbingan dan Konseling
Proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan permasalahan yang dialaminya

Tujuan Bimbingan
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan masa yang akan datang

Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin

Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan

Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja

Fungsi Bimbingan
Pemahaman, membantu siswa memahami potensi yang dimilikinya
Preventif, mengantisipasi masalah dan berusaha mencegahnya
Pengembangan, berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
Perbaikan (penyembuhan), membantu siswa yang telah memiliki masalah
Penyaluran, membantu siswa memilih kegiatan pemantapan penguasaan karir
Adaptasi, memilih metode pendidikan sesuai dengan kemampuan individu
Penyesuaian, membantu siswa menyesuaikan diri dengan program pendidikan
Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
Pemeliharaan, membantu siswa supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya

Prinsip-prinsip Bimbingan
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu baik yang bermasalah maupun tidak

Bimbingan dan konseling bersifat individuasi yang memandang setiap individu itu unik

Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap
diri sendiri

Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerja sama 

Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah

Asas Bimbingan dan Konseling
Asas kerahasiaan (confidential), asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan

Asas kesukarelaan, asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukkan baginya

Asas keterbukaan, asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan atau kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi

Asas kegiatan, asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan atau kegiatan bimbingan

Asas kemandirian, asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan atau kegiatan diharapkan menjadi individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri

Asas kekinian, asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik (klien) dalam kondisi sekarang
Asas kedinamisan, asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu

Asas keterpaduan, asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain saling menunjang, harmonis, dan terpadukan

Asas kenormatifan, asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma

Asas keahlian, asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas kaidah-kaidah profesional

Asas alih tangan kasus, asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan  layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien kiranya dapat mengahli-tangankan kepada pihak yang lebih ahli

Asas tut wuri handayani, asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptkan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju

Pendekatan Bimbingan
Pendekatan Krisis, membantu individu yang datang sesuai dengan masalah yang dihadapinya dengan menggunakan pendekatan psikoanalisa

Pendekatan Remedial, membantu memperbaiki kesulitan dan kelemahan individu dengan menggunakan pendekatan behavioristik

Pendekatan Preventif, mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah dan mengantisipasi masalah

Pendekatan Perkembangan, menggunakan teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling

Karakteristik kualitas pribadi konselor
1. Pemahaman diri (mengetahui masalah yang harus diselesaikan)
2. Kompeten
3. Kesehatan psikologis
4. Dapat dipercaya
5. Jujur
6. Kekuatan (agar klien merasa aman)
7. Bersikap hangat
8. Active responsiveness (bersifat dinamis)
9. Sabar
10. Kepekaan (menyadari masalah yang tersembunyi pada klien)
11. Kesadaran holistic (memahami klien secara utuh)
 

Dhita's Template by Ipietoon Cute Blog Design